Pages

Minggu, 19 Juni 2011

Persiapan SDM dalam Menghadapi ACFTA


ACFTA (Asean China Free Trade Agreement)  merupakan salah satu bentuk kerja sama liberalisasi ekonomi yang banyak dilakukan Indonesia dalam 10 tahun terakhir ini. Awal januari 2010 mulai pemberlakuan mengenai Asean China Free Trade Agreement. Ini merupakan perang mutu, harga, kuantitas akan suatu pelayanan barang dan jasa serta industri pasar global China. Mengapa China? Seperti yang kita ketahui, harga barang produksi China relatif murah dan diminati konsumen Indonesia. Hal in itidak terlepas dari kualitas barang yang dihasilkan oleh China. Dengan adanya fenomena ini, Indonesia perlu mempersiapkan tim yang diharapkan mampu memberi kontribusi positif memperkuat daya saing global. Hal inilah yang menjadi problem di Indonesia, kurang berkompetennya sumber daya manusia di Indonesia bisa mengganggu persaingan Indonesia dalam ACFTA ini.
Dalam hal kualitas sumber daya manusia, Indonesia di urutan ke-107, jauh di bawah Singapura (25), Brunei (30), Malaysia (63), Thailand (78), China (81), dan Vietnam (105) serta menyebabkan daya saing tenaga kerja serta produk RI menjadi sangat rendah. Peringkat daya saing Indonesia sangat rendah, ke-95 dari 133 negara (World Competitiveness Report), akibat sistem logistik buruk, korupsi, dan pungutan liar.

Terkait SDM, kualitas dan kuantitas aparat kita juga masih relatif rendah untuk menjaga luas wilayah dan seluruh pelabuhan di Indonesia. Jumlah personel Bea dan Cukai hanya 10.600 orang dan pegawai Direktorat Jenderal Perhubungan Laut hanya 17.000 orang. Hal ini diperburuk dengan sistem pengawasan dan masih rendahnya gaji serta tingginya penyalahgunaan kewenangan di kalangan birokrasi.
Dalam menghadapi permasalahan persaingan bebas dalam ACFTA, Indonesia bisa melakukan beberapa persiapan seperti Pola, program dan metode pendidikan juga diharapkan lebih berbasis pada kompetensi dan berorientasi pada kebutuhan pasar. Pendidikan SDm yang lebih berbasis kompetensi menjadi penting karena tentunya pasar akan mencari sumber daya manusia seperti kebutuhan mereka. Hal ini bisa dikaitkan dengan pengembangan lulusan sekolah kejuruan dan politeknik dan kewirausahaan yang semakin bermutu.
Selain itu lulusan proses pendidikan khususnya di perguruan tinggi sebaiknya memiliki karakteristik:
1.      Mau bekerja keras
Bekerja keras adalah kunci utama dalam menghadapi persaingan, terutama persaingan dalam perdagangan bebas ASEAN-China ini. Karena pesaing dari sumber daya manusia dari banyak negara.
2.      Motivasi diri tinggi
Motivasi diri yang tinggi,merupakan cirri dari manusia yang siap bersaing dalam menghadapi tekanan dalam persaingan liberalisasi.
3.      Mempunyai visi kedepan
Sumber daya manusia yang memiliki visi kedepan, pandangan yang jelas mengenai apa yang ingin dicapai lebih mudah bersaing, karena mereka memiliki pandangan apa yang akan dilakukannya kedepan nanti
4.      Memiliki kepercayaan diri yang kuat
Kepercayaan diri dalam menghadapi tantangan global, dan tidak mudah menyerah adalah sumber daya manusia yang siap menghadapi tantangan liberalisasi ACFTA
5.      Memiliki pemikiran matang
Memiliki pikiran yang matang, merupakan symbol dari kedewasaan dalam pikiran. Hal ini dibutuhkan agar jika sumber daya manusia menghadapi tekanan yang hebat dalam persaingan global, masih mampu berpikir tenang dalam mengahdapai masalah tersebut.
6.      Mampu berpikir analitis
Tenang dalam menghadapi masalah, dan memikirkan jalan keluar adalah salah satu poin penting bagi sumber daya manusia dalam menghadapi persaingan global. Persaingan yang semakin ketat menuntut sumber daya manusia mampu untuk menganalisis dan mencari peluang di setiap kesempatan.
7.      Mudah beradaptasi
Kemampuan menyesuaikan diri dengan kondisi baru merupakan poin penting bagi sumber daya manusia dalam menghadapi persaingan global. Persaingan global sendiri yang menuntut sumber daya manusia selalu berpindah tempat, menuntut sumber daya manusia untuk mampu beradaptasi dengan lingkunagn baru
8.      Mampu bekerja dalam tekanan
Tekanan kerja yang tinggi dalam persaingan global menuntut  kemapuan bekerja dalam tekanan bagi sumber daya manusia.
9.      Cakap berbahasa Inggris
Bahasa inggris sebagai bahasa komunikasi internasional menunutut sumber daya manusia yang ingin bersaing dalam perdagangan bebas harus mengusai bahasa inggris, karena mereka akan menghadapi orang-orang di belahan dunia.
10.  Mampu mengorganisasi pekerjaan.
Kemampuan dalam mengorganisasikan pekerjaan sangatlah penting, tugas dari pekerjaan yang banyak dan bertekanan tinggi menuntut sumber daya manusia untuk mampu mengorganisir pekerjaannya, agar tidak amburadul dan berantakan sehingga pekerjaan tersebut tidak efektif dan efisien.
Selain itu pembentukan sumber daya manusia yang kompetitif juga penting dalam menghadapi liberisasi dalam ACFTA. SDM yang kompetitif mampu mengaktualisasikan buah pemikiran dan teori-teori ilmu pengetahuan yang diperolehnya sebagai karya yang bermanfaat bagi kemajuan perusahaan, bangsa dan negara, serta selalu mengupdate ilmu pengetahuannya sehingga tidak ketinggalan informasi..dan yang tidak kalah penting dia berdedikasi dalam bidangnya, sehingga akan mampu tampil sebagai pucuk pemberi teladan bagi yg lain. Hal ini mejnadi penting, mengingat ACFTA sendiri sudah berlaku, mobilisasi sumberdaya manusia di China dan ASEAN semakin menggila. Jika sumber daya manusianya tidak kompetitif, dapat dipastikan, akan kalah bersaing dengan sumber daya manusia dari negara lain. Bahkan efek dari lemahnya sumber daya manusia suatu negara, bisa mempengaruhi kekuatan negara tersebut dalam persaingan di ACFTA.





MEMPERSIAPKAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM MENGHADAPI LIBERALISASI PERDAGANGAN ASEAN-CHINA (ACFTA)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Manajemen Kinerja dan Kompensasi
Dosen :
Dr. Kusdi Rahardjo, DEA
Disusun Oleh :
Muhammad Saifuddin                   0810320108









UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS
MALANG
2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar